Ketika waktu kecil saya, sering saja menonton filem Melayu klasik antaranya 'Laila Majnun'...
Kerap juga saya berfikir Laila akan bertemu Majnun akhirnya...
Ketika ia mencintai dalam mimpi khayali...
Mimpi itu cukup mengasyikkan, memabukkan seorang wanita...
Majnun rela hilang rasa mengayun langkah pesta cinta...
Hati terpaut seorang wanita mulus pesona bernama Laila...
Laila terpakai dihatinya Majnun, telah menyusup keindahan cinta...
Tampak gila seakan Majnun menyatu Laila dalam teriak suara...
Kisah membawa kita atas cerita, tentang cara apapun setelah Majnun berpakaian minda hanya Laila. Laila... Laila... Laila...
Majnun tidak langsung bicara lainya, tidak benci hanya cinta...
Majnun patut ditanya apakah dia rela untuk melihat dirinya bertemu kekasihnya...
Laila memiliki ungkapan yang sama tetapi menakjubkan itu ada pada Majnun..
Saat mereka berjalan merangkak pergi tanpa melihat dirinya sendiri Majnun mengalun kata yang sama seakan terbayang mata melihat cerminan Laila...
Kemudian apakah kita sering mendengar seseorang berkata-kata tentang kebencian tika menjadi pencinta..?
Sebaiknya kita menemui cinta lalu apa lagi di ulang bicara kata nista.
Saatnya akal kita beraksi sama...
Yang mana sepatutnya lama sejak tutur cerita saya mengimpikan seperti itu...
Mimpi bahawa peluang memaling dari yang membenci kerana asyik dengan cinta...
Cinta kepada-Nya... Cinta kepada Utusan-Nya... Cinta kepada Hidayah-Nya...
MASYHURKAN CINTA TANPA KEBENCIAN
Tiada ulasan:
Catat Ulasan