Pendahuluan
Latar belakang
Dengan memetik seuntai Hadith riwayat
Al-Baihaqi Rahimahullah Nabi Muhammad s.a.w yang bearti: “Sesungguhnya Allah
menyukai orang - orang yang bekerja dan menekuni pekerjaanya.” Saya kira
penafsiran hadith ini sesuai dengan tema makalah saya yang mana ia memberi
gambaran kepada usaha membina jaringan ilmiah kalangan kita tanpa memanfaatkan
jasa orang lain secara salah dan tidak benar iaitu penjiplakan tulisan –
tulisannya atau lebih masyhur dikenal sebagai Plagiarisme atau Plagiat.
Biasanya yang memikul tugasan ini adalah dari
premis Mahasiswa atau kaum intelektual yang mana ketika mereka ingin memenuhi
standar intelektualitas maka penugasan berupa makalah, resume buku, atau yang
terkait untuk ditanggapi kemudianya dalam bentuk pendokumentasian.[1]
Yang menyedihkan kini, kebanyakan dari mereka
tidak lagi mahu melakukan penekunan dalam menghasilkan karya yang
dimiliki secara peribadi tetapi lebih selesa mengimpor berbagai masukan luar
tanpa menunjukkan siapa yang memulai pandangan tersebut.
Perlakuan seperti ini bukan saja menyekat
pemekaran ilmu berkat dari usaha sendiri tetapi menjadikan pelakunya pemikir
pasif yang tidak mendatangkan sumber manfaat kepada sekitarnya tanpa ada
kecenderungan upaya mengenalkan ide – ide baru dalam dunia intelektualitas dan
akan menyebabkan peranan mereka didalam masyarakat menjadi hilang tanpa
terkesan lagi.
Rumusan Masalah
Berlatar belakangkan apa yang saya suarakan di atas, maka dibawah ini adalah hal pokok
pembahasan saya seperti:
1. Apakah definisi Plagiat?
2. Terjadikah sisi ilmiah dengan plagiat?
3. Apa tanggapan ‘bahaya’ kepada Plagiat?
4. Cara mengelakkan plagiat.
Tujuan Penulisan
Tujuan saya menulis makalah ini karena :
1. Mensikapi aktivitas Plagiat.
2. Mencari tahu sebab akibat Plagiat.
Pembahasan
1 . Definisi plagiat
Secara
umum, berdasarkan pengertian dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, plagiat
merupakan kata seimbang yang bermaksud perilaku seseorang yang menjiblak atau
mencuri hasil karangan atau pendapat orang lain lalu menjadikan ia seakan hasil
dari pemikirannya sendiri.
Misalnya,
ketika seseorang menuliskan sesuatu karya tetapi hanya mengatasnamakan dirinya
peribadi tanpa penunjuk arah dari mana datangnya sumber berkenaan walaupun
kemungkinan terdapat kesamaan nilai tulis atau pemaksudan diantara kalangan
penulis memang wajar wujud kerana
kebersamaan mereka dalam satu niat penyampaian.
Namun, dunia intelektualisme membuktikan bahwa
apa yang pelaku plagiat lakukan telah gagal total karena tak mampu menyelubungi
gambaran kefahaman orang lain terutama yang begitu memahami kemunculan
aktivitas plagiat.
Justru kita harus memberikan perhatian
khusus untuk mencurahkan segala upaya dan kamauan untuk tidak mengambil
plagiat sebagai rakan. Ini kerana akan memburukkan gambaran sebenar dari
apa yang mahu kita sampaikan sebenarnya.
Sehingga perkembangan ilmu akan
berjalan lancar seiring penerimaan
keaslian nilai intelektualisme daripada khalayak umum.
2 . Terjadikah sisi llmiah dengan plagiat?.
Kejujuran dalam hidup adalah
tanggungjawab yang berada di setiap pundak masyarakat intelektual.
Tanggungjawab ini lebih ditekankan pada para ilmuan, mahasiswa, para ulama,
generasi pelajar yang peduli ketelusan, dan sesiapa saja yang mahu andil
didalam hidup yang bertanggungjawab.
Belenggu penipuan dalam berilmiah
artinya melakukan sesuatu sehingga terwujudnya kemungkinan nilai – nilai asal
yang ingin disampaikan pemilik asal hilang dalam kesepian niat pelaku plagiat
sedangkan semangat asal mengerjakan pengantar kefahaman guna menimbulkan
manfaat yang bearti bagi semua orang supaya menjadi jasa yang tidak
ternilaikan.
Disinilah kita wajib mempersembahkan
jiwa kejujuran kita dan apa saja yang murni milik kita membela kebaikan,
kemuliaan, dan kebebasan berkarya menurut pendapat sendiri tanpa terlupakan
refresensi yang menyokong keberadaan ilmu yang dibenarkan kita.
Demikian menghargai karya orang lain
berarti menghargai dan menghormati suatu hasil atau buah dari pemikiran
seseorang yang mempunyai kegunaan dan manfaat dan berarti bagi semua orang
sesuai pengertian hadith yang diriwayatkan oleh Muslim dan Baihaqi “Sebaik-baik
manusia adalah orang yang selalu memberi manfaat kepada manusia lain.”.
3 . Apa tanggapan ‘bahaya’ kepada Plagiat
Dalam menghasilkan sebuah karya,
seseorang harus melalui proses-proses tertentu yang tidak mudah. Karena itulah
kita patut memberikan penghargaan terhadap orang tersebut.
Penghargaan yang baik ini akan mendorong orang tersebut untuk terus berkarya. Demikian halnya dengan diri kita akan terpacu untuk dapat menghasilkan sesuatu karya yang bermanfaat. Jika hal itu terjadi maka akan ada semangat dan kompetisi yang sehat dalam hal menghasilkan karya yang bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.
Penghargaan yang baik ini akan mendorong orang tersebut untuk terus berkarya. Demikian halnya dengan diri kita akan terpacu untuk dapat menghasilkan sesuatu karya yang bermanfaat. Jika hal itu terjadi maka akan ada semangat dan kompetisi yang sehat dalam hal menghasilkan karya yang bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.
Sekarang, kita tak dapat menumpahkan
pembelaan terhadap pembenaran ilmiah secara keseluruhan karena
keterbatasan kita sebagai manusia biasa. Sesungguhnya banyak hal dalam
kehidupan kita di dunia ini tidak mungkin mudah dibangunkan tetapi dengan
sarana kemajuan teknologi maklumat semua itu dapat kita pertanggungjawabkan.
Namun sayangnya, kemajuan teknologi sekarang khususnya yang hadir berupa
manfaat internet, telefon pintar justru tak menjadikan kalangan ilmuan makin mengembangkan
intelektualitas yang benar dan hakiki. Teknologi justru mereka
manfaatkan sebagai cara praktis untuk menyelesaikan tugas intelektualitas.
Mahasiswa mengambil faedah singkat yang tinggal cuma melakukan copy paste untuk
menyelesaikan tugas.[2]
Sama sekali tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun untuk tidak
menyatakan kebenaran dalam mengambil manfaat ilmu pengetahuan dalam menerapkan
nilai kemanusiaan. Perhatian terhadap amalan murni menyatakan kebenaran dalam
berkarya pada dasarnya bukan semata – mata kewajiban kita saja, melainkan
kewajiban setiap daripada manusia yang telah ‘menghadiahkan’ dirinya demi
kepentingan masyarakat.
4 . Cara mengelakkan plagiat
Berkata atau melakukan hal yang
benar merupakan sesuatu manfaat yang dapat dimanfaatkan oleh orang lain.
Bahkan, dapat dinyatakan bahwa tak satupun orang berakal yang tak ingin
mengambil manfaat dari faedah – faedah yang bisa mengantarkan kita kepada
kemajuan dalam kehidupan.
Karena itu, wajar bila orang – orang
yang melakukan penyimpangan dan cenderung melakukan pendustaan tanpa erti
keinsafan lebih mendatangkan bahaya lewat sarana yang digunakan mereka.
Mereka menyampaikan ide atau gagasan
yang tak cukup masak, dan mungkin juga mereka (Besok, Menulislah dengan) tidak
bermaksud memanjangkan penyimpangan tetapi apabila arti sebenar asal karya
telah menyimpang ini akan berupaya menanamkan ke benak otak bahwa karyanya
adalah benar tanpa pertindihan maksud sebenar.
Disisi agama sendiri, institusi ini
sangat menganjurkan penganutnya agar saling menghargai antara satu dengan
yang lain dalam arti kata yang luas. Sikap menghargai terhadap usaha orang
lain mestilah didasari oleh jiwa yang jernih dengan penghormatan yang dapat
menyegarkan kebahagiaan orang lain yang pada masa yang sama dirinya turut
menikmati hal yang mengasyikkan hidup.
Keupayaan tersebut wajib ditingkatkan
setiap hari untuk mewujudkan jiwa harmonis sehingga masyarakat terkesan
untuk ikut menjiwai karyanya. Saya berpendapat setiap dari kita berhak membangunkan
potensi hidupnya sendiri dengan bimbingan dari siapapun, bukankah nilai
kemanusiaan telah wujud memfitrah dalam nurani kita sejak belum lahir lagi
tentang tahapan peduli untuk saling memberi dan menerima nasihat, pendapat atau
saran orang lain.
Sikap dan perilaku ini akan terwujud bila pribadi seseorang telah
mampu menekan ego pribadinya melalui pembiasaan dan pengasahan rasa empati
melalui pendidikan yang berkesan.
Penutup
Kesimpulan
Upaya menanamkan kelestarian serta nyala api akan terus berkobar
demi meneruskan apa yang telah dicapai merupakan bentuk penghargaan
kita kepada karya orang lain. Melestarikannya pun harus dengan cara yang baik
misalnya dengan menjaga, merawat, dan memanfaatkannya secara maksimal.
Dengan cara ini maka karya tersebut nantinya tetap dapat dirasakan manfaatnya
oleh orang lain, termasuk untuk anak cucu kita.
Sebagai makhluk sosial, setiap pribadi seharusnya memiliki kepedulian terhadap sesamanya. Apa lagi agama Islam yang kita anut ini mengajarkan kepada kita untuk saling menolong didalam kebenaran.
Sebagai makhluk sosial, setiap pribadi seharusnya memiliki kepedulian terhadap sesamanya. Apa lagi agama Islam yang kita anut ini mengajarkan kepada kita untuk saling menolong didalam kebenaran.
Daftar pustaka